Sabtu, 31 Mei 2014

Stop Kekerasan...

Insiden ini sudah agak lama, namun sepertinya perbincangan mengenai topik ini tak bisa dianggap basi dan bahkan harus selalu diperbincangkan dan dicari akar permasalahannya agar segera bisa ditemukan solusinya. 

Pada tanggal 29 April 2014 lalu, terjadi kerusuhan antar suporter dalam pertandingan antara PSS Sleman vs PSIM Jogja. Stadion mengalami kerusakan yang cukup parah. Kalkulasi kerugian akibat insiden kerusuhan antar suporter ini menghasilkan angka kurang lebih 17 juta rupiah. Angka tersebut adalah nilai kerugian yang diderita oleh UPT Stadion Maguwoharjo sebagai akibat adanya insiden kekerasan antar suporter kedua klab sepakbola tersebut.








Kekerasan, entah mengapa selalu mudah terjadi dalam dunia olahraga, khususnya di tanah air. Baik kekerasan yang terjadi di dalam lapangan ataupun kekerasan yang terjadi di luar lapangan pertandingan. Kekerasan sepertinya mudah terjadi terutama dalam cabang-cabang olahraga yang membuat masing-masing pesertanya harus bersentuhan secara fisik, seperti misalnya sepakbola. Tak jarang kita dengar beberapa insiden kekerasan yang terjadi baik di dalam arena pertandingan ataupun di luar arena pertandingan. Kekerasan, seolah menjadi satu-satunya jalan dalam menyelesaikan masalah. Seperti itulah nampaknya yang terjadi dalam insiden 29 April 2014 lalu.

Kekerasan ini biasanya dilampiaskan dengan jalan bentrok dengan pihak lain, semisal dengan suporter lawan, atau (ini yang paling sering) dilampiaskan dengan cara merusak benda atau barang yang dianggap milik lawan. Hal terakhir inilah yang sepertinya terjadi dalam insiden 29 April 2014 tersebut. Stadion dirusak karena dianggap sebagai milik dari tim lawan. Logika yang kemudian digunakan adalah, dengan merusak milik lawan maka kemarahan, kekecewaan, atau apapun itu akan mendapatkan saluran yang tepat.







Padahal sebenarnya Maguwoharjo International Stadium (MAGIS) ini bukanlah milik klab sepakbola tertentu. Stadion ini merupakan aset Pemerintah Kabupaten Sleman yang dikelola oleh UPT Stadion Maguwoharjo sebagai bagian dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Pemerintah Kabupaten Sleman. Ini yang nampaknya tidak dipahami oleh sebagian besar masyarakat. Bahwa MAGIS menjadi homebase atau markas klab sepakbola tertentu adalah benar, namun jika kemudian dinyatakan bahwa stadion dimiliki oleh klab sepakbola tertentu adalah hal yang keliru.

Karenanya melampiaskan kekecewaan, kemarahan, ataupun energi negatif sejenis lainnya pada stadion/fasilitas olahraga di sekitar stadion bukanlah hal yang tepat. Sekali lagi karena sesungguhnya stadion ini bukan milik klab sepakbola tertentu.




 
Karenanya, belajar dari pengalaman yang sudah ada, kekerasan sesungguhnya tidak akan pernah dengan baik menyelesaikan masalah. Olahraga mengajarkan sportivitas pada pelakunya, atau pada jejaring yang lebih luas juga pada para penonton atau suporter-nya. Apalagi cabang olahraga sepakbola mengenalkan konsep fair play yang seharunya kita junjung tinggi. Mari kita selalu semangat, bersikap positif, dan hentikan kekerasan, baik di arena pertandingan ataupun di luar arena pertandingan... 

Salam dari Maguwoharjo International Stadium (MAGIS)